Putus hubungan dari sebuah hubungan yang bermakna dalam adalah suatu pengalaman yang menyakitkan. Namun, mengubah kisah percintaan dari kisah romantis menjadi hubungan yang platonik (cinta yang bersifat persaudaraan) hanya bisa menambahkan rasa sakit di hati.
Seorang teman wanita yang baru saja putus hubungan dari kekasihnya berkeluh-kesah. Meskipun sudah memutuskan berpisah, namun sang mantan pacar tak mau benar-benar putus hubungan. Meluncurlah kata-kata, “Kita jadi teman saja, ya?” dari si pria. Kata-kata tersebut diucapkan oleh mereka yang siap untuk keluar dari sebuah hubungan romantis kepada pihak yang belum ingin hubungan tersebut berakhir.
Apakah pertemanan adalah jawaban yang terbaik setelah putus hubungan? Biasanya kata-kata tersebut diucapkan untuk melunakkan kata-kata putus dan dimaksudkan untuk menolong pihak yang diputuskan agar tak terlalu berkabung atas putusnya tali percintaan mereka. Namun, apakah pertemanan ini penting?
Michael Vincent Miller, PhD, pengarang Intimate Terrorism mengatakan bahwa berduka cita atau menangisi berakhirnya hubungan adalah faktor penting untuk penyembuhan sakit hati. Ini penting karena jatuh cinta membawa seseorang masuk ke dalam sebuah wilayah yang penuh risiko. Dua orang yang jatuh cinta menempatkan dirinya ke dalam tangan pasangannya. Karena hal inilah, ketika putus hubungan, muncul rasa pahit ditinggalkan dan merasa sendiri.
Miller juga mengatakan bahwa bersedih adalah proses berjalan untuk mengeluarkan "saya" dari "kita". Ini memberikan sebuah jalan untuk kembali mengumpulkan kepercayaan diri untuk kembali mandiri. Meski persahabatan setelah putus bisa memberikan kelegaan sementara, namun hal ini ternyata menghambat sebuah jalan penyembuhan untuk kembali sendiri.
Semua manusia, dalam perkembangannya pasti akan merasakan sebuah kehilangan yang perlu ditangisi. Di berbagai tahapan kehidupan, kita semua terdorong di luar keinginan dan kenyamanan kita untuk masuk ke dalam sebuah situasi baru. Misalnya, langkah pertama bayi menandakan akan mulai keluarnya ia dari zona nyamannya saat digendong. Seorang dewasa muda yang baru masuk kuliah dan harus indekost di dekat kampusnya mungkin merasa senang akan kebebasan barunya, namun ia juga harus bisa menghadapi homesickness. Untuk semua rasa sedih itu, ada hal-hal baik yang dipelajari dan didapat. Kesedihan bisa dikatakan adalah rasa sakit untuk pertumbuhan manusia.
Semua kisah cinta akan berakhir, meski ada juga kisah cinta yang akan bertahan seumur hidup. Ketika rasa kehilangan melanda, maka akan sulit untuk menemukan jalan keluarnya, atau bahkan bagaimana menanggungnya. Banyak orang yang berada dalam kesedihan beralih ke obat-obat antidepresan, yang mungkin bisa mengurangi sakit di persendian, tapi tak akan banyak membantu pemulihan diri dari sakit hati.
Bersedih mengajarkan kita untuk menerima akhir dari rasa cinta, dan membantu kita memulai proses untuk menjadi diri kita lagi. Memang benar, diri yang sudah mengalami kesedihan tak akan sama seperti diri Anda ketika masih berada dalam hubungan. Meski luka bisa sembuh, namun akan tetap meninggalkan bekas. Tetapi banyak hal yang bisa Anda raih dari sekadar berhasil melewati rasa sakit putus hubungan. Ada pula kemungkinan untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari saat Anda masih bersamanya. Sama seperti semua seni dan skill, satu-satunya cara untuk memelajarinya adalah melalui praktik, suka atau tidak. Tetapi untuk apa pun itu, nikmatilah hidup ini selagi mungkin.
Browse » Home »
» Berteman dengan Mantan Pacar, Mungkinkah?
Saturday, 25 April 2009
Berteman dengan Mantan Pacar, Mungkinkah?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment